Dalam dunia yang cabul, seorang kesatria puteri tunduk kepada nasibnya, berubah menjadi permainan semata-mata untuk keinginan tuannya yang tidak menentu. Terikat dengan maruah dan kehormatannya, dia mendapati dirinya terikat dan terdedah di tempat terbuka, tontonan yang memalukan untuk semua orang melihat. Tubuhnya, sekali simbol bangsawan, kini dihiasi dengan tindik, tanda kesetiaannya. Tuannya, peminat sadistik pameran luar, memerintahkan agar menyebarkan kakinya yang lemah dan memperlebarkan badannya untuk memuaskan dirinya sendiri sebagai hamba yang lemah, bergeliat untuk memenuhi dunia nyata dengan kekuatannya yang lemah, bertepukul dan menolak segala kenikmatannya sebagai hamba yang kuat, bertelabahu untuk meneruskan lagi kenikmatan.